Ada beberapa produk yang bagi sebagian orang adalah holygrail nya tetapi di saya justru tidak berpengaruh apa-apa. Seperti Mavala Double Cils, Glamglow Youthmud, BB Cream Wardah, Sebamed Facial Wash dan lain-lain. Jadi sekarang saat saya melihat beberapa produk yang direview "bagus banget" sudah biasa saja. Termasuk Laneige Sleeping Mask ini. Kulit saya itu sensitiffff banget kalau pake skincare atau makeup yang ga cocok langsung deh. Pake pagi, malemnya langsung bruntusan *sad* naahhh si Laneige Sleeping Mask ini ngga bikin muka saya makin parah! Justru dia bikin kaya lembuut banget. Saya suka banget sama hasilnya! Jerawat pun kempes dan sekarang muka saya ngga merah-merah lagi (ngga hilang juga sih, cuma ya berkurang).
Teksturnya cair, seperti air. Saya biasa memakai Laneige Sleeping Mask ini 2 hari sekali, sebenernya pengen banget pakai produk ini setiap hari, tetapi memang tidak dianjurkan dari Laneige-nya pun sendiri. Setelah diaplikasikan rasanya dingiiiiin sekali ( hehe sedikit lebay ya) biasanya saya memakai Sleeping Mask ini setelah menggunakan Toner  Calendula dari Kiehl's dan obat jerawat dari Kiehl's. Antara satu produk ke produk lainnya biasanya saya kipas-kipas terlebih dahulu agar produk tersebut meresap terlebih dahulu.
Biasanya, setelah memakai Laneige Sleeping Mask ini saya kipas-kipas dengan kipas biasa untuk mendapatkan sensasi dinginnya.
Saran saya, untuk teman-teman yang ingin mencoba produk ini tidak perlu membeli di counternya seperti Sogo, Seibu dan Galeries Lafayette. Harganya cukup jauh berbeda jika dibandingkan dengan membeli produk tersebut di Althea. Prosesnya pun terbilang cepat dan terpercaya. Tetapi jika teman-teman memang memiliki budget yang lebih dan ingin segera mencoba Laneige Sleeping Mask ini, tidak ada salahnya membelinya di counter langsung.
Hope it's help!
Read More

Pembuatan EFIN dan Wajib Lapor

Halo, saya mau sharing satu hal yang sangat penting bagi kita Warga Negara Indonesia (WNI). Baru-baru ini saya mempelajari perpajakan. Saya yang baru saja lulus dari jurusan Teknik Informatika ini iseng-iseng mau belajar pajak, dan walhasil. Pusing! Hahaha. Banyak sekali kata atau istilah yang benar-benar baru saya dengar. STP, SPT, PPh 21, PPh 22, PPh 23 dan lainnya yang sampe saat saya menulis artikel ini saya belum tau artinya apa. Mungkin bagi anak akuntansi ini adalah hal biasa tetapi tidak bagi saya. Pun jurusan saya saat SMA adalah IPA. Jadi saya mesti belajar ekstra nih supaya ada hasilnya.

Well, yang saya mau sharing hari ini adalah terkait:
NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)
Apasih NPWP? Ini untuk pengertian awam banget ya, saya tidak membahas kata buku dan sebagainya. Jadi kalau salah, mohon maaf dan tolong dikoreksi. Hehe. Jadi semua WNI yang sudah bekerja wajib memiliki NPWP, malah Undang Undang bilang anak usia 18 tahun harusnya sudah punya NPWP. Kenapa sih mesti punya NPWP? Namanya saja sudah Wajib Pajak, nah semua penghasilan dari dalam negeri itu harus dipajaki, gunanya apa? Untuk membangun negara kita supaya lebih baik lagi. Apasih untungnya punya NPWP? Jadi, untuk WNI yang sudah bekerja dan memiliki NPWP dikenakan pajak lebih kecil yaitu :
Penghasilan tahunan > 50.000.000 = 5%
Penghasilan tahunan diatas 50.0000 - 250.000.000 = 15%
Penghasilan tahunan diatas 250.000.000 - 500.000.000 = 25%
Penghasilan tahunan diatas 500.000.000 = 30%
Saya sempat berfikir, ngapain sih punya NPWP? Malah mengurangi penghasilan saya! Hahaha. Tetapi ternyata kalau tidak punya NPWP, tarif pajaknya malah 20% lebih tinggi dari yang memiliki NPWP! Wah dipotong lebih banyak! Hahah. Saya sendiri saat baru lulus masa perkuliahan sudah memiliki NPWP, waktu itu kebetulan diminta sebagai persyaratan buka rekening baru. Saat itu belum tau tuh NPWP itu apa jadi asal bikin saja. Proses pembuatan NPWP pun sangat mudah, diakses online di 
Pajak Online

Tinggal isi data dan tunggu kartu NPWP dikirim ke alamat rumah.

Nah terus apasih yang dilakukan saat NPWP sudah jadi? Seperti saya, saat membuat NPWP saya mengisi sumber penghasilan dengan kegiatan usaha (kalau tidak salah) karena saat itu saya membuka usaha online yaitu berjualan bunga kertas, penghasilan yang saya tulis 0 - 12.000.000 satu tahun (ini saya lupa rangenya berapa yang jelas range yang pertama) karena memang usaha itu kecil-kecilan saja. Ternyata, penghasilan saya itu termasuk Penghasilan Tidak Kena Pajak karena kurang dari 54.000.000 satu tahun, jadi saya tidak kena Wajib Pajak.Tapi, saya tetap Wajib Lapor setiap tahunnya. Saat saya membuat NPWP saya mana tau kalau ada Wajib Lapor segala, untungnya saya belajar perpajakan. Kalau tidak salah setiap tahun itu paling lambat tanggal 31 Maret (Kalau tidak salah yaaa). Nah proses lapornya pun mudah sekali. Lagi-lagi online! Namanya EFIN. Hal yang harus dilakukan adalah, kita harus datang ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama terdekat, bawa
Fotocopy KTP dan Fotocopy NPWP
Bilang sama petugas kalau mau registrasi EFIN. Lalu dipanggil kemudian jadi deeeh EFIN nya! Proses ini, dari saya sampai di KPP Pratama sampai saya kembali lagi tidak sampai 15 menit! Karena kebetulan saat itu sedang tidak ramai. Saya senang sekali rasanya hahaha, Lalu sampai dirumah, kita masuk ke situs:
Efiling Pajak

Mengisi data dan verifikasi via email, setelah berhasil. Langsung lapor deh. Isi SPT, karena saya belum bekerja jadi saya isi 0 saja. Setelah selesai, akan ada bukti via email bahwa kita sudah lapor.
Mudah banget kan? Saya sedang semangat-semangatnya nih ingin jadi WNI yang baik dan taat Pajak! 

Semoga membantu.
Read More
Next PostNewer Posts Previous PostOlder Posts Home